Minggu, 01 Desember 2013

MASJID PANGERAN KEJAKSAN

Sejarah Singkat Pangeran Kejaksan
          Catatan sejarah Cirebon menyabutkan, bahwa di Negeri Baghdad-Iraq hidup seorang ‘ulama besar bernama Syech Nurul Ibnu Imam Jalaluddin Al-hussein, yang menikah denagn seorang puteri dari Mesir, dan dari perniakahannya dikarunuai 4(empat) orang putera-puteri, yaitu:
·        Anak yang pertama laki-laki diberi nama Sarif Sulaeman;
·        Anak yang kedua perempuan diberi nama Syarifah Halimah;
·        Anak yang ketiga laki-laki diberi nama Syrif Abdullah;
·        Anak yang keempat laki-laki diberi nama Syarif Ungka Yudra.
Syarif Sulaeman menjadi penguasa di Irak Baghdad, Syarifah Halimah menikah dengan dengan Syech Datuk Kahfi, Syarif Abdullah menjadi penguasa di Kota Ismaili yang berada di wilayah Turki, sedangkan Syarif Ungka Yutra ikut dengan Syarif Abdullah.
          Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa Syarifah Halimah meikah dengan Syech Datuk Kahfi, seorang ulama besar yang terakhir menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di wilayah Gunung Jati. Dari perkawinan Syarifah Halimah dengan Syech Datuk Kahfi dikaruniai 4(empat) orang putera-puteri, yaitu:
1.     Syarif Abdurrahman, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran Panjunan;
2.     Syarifah Baghdad, yang kemudian menikah dengan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati;
3.     Syarif Abdurrohim, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran Kejaksan;
4.     Syarif Hafidz.
Pada tahun 1478 M, menjelang pembentukan Kasunanan Cirebon, 4(empat) orang bersaudara tersebut di atas berlayar menggunakan 4(empat) kapal menyusul orang tuanya Syech Datuk Kahfi ke Amparan Jati(Gunung Jati), disetai kurang lebih1200 orang mengikutinya. Kapal mereka mendarat di pelabuhan Muara Jati yang sekarang menjadi Desa Muara di wilayah Kecamatan Sura Nenggala Kabupaten Cirebon.
          Setelah bertemu ayahandanya, Pangeran Kejaksan dan saudara-saudaranya meneruskan perjalanan kea rah selatan menuju Keraton Pangkuwati yang saat itu asih dipimpin oleh Mbah Kuwu Cirebon/Pangeran Cakra Buana/Pangeran Walangsunggang. Hubungan antara Syech Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati dengan Pangeran Kejaksan adalah saudara misan, yaitu ibunya Pangeran Kejaksan adalah kakak dari ayahnya Sunan Gunung Jati, sehingga derajat Pangeran Kejaksan lebih tua dari Sunan Gunung Jati.
          Setelah Cirebon lepas dari Kekuasaan kerajaan Galuh dan Menjadi negeri merdeka, kepemimpinan Keraton Pangkuwati diserahkan oleh Mbah Kuwu Cirebon kepada menantunya yaitu Sunan Gunung Jati. Oleh Sunan Gunung Jati, Pangeran Kejaksan diberi jabatan sebagai adhiyaksa, Pangeran Panjunan sebagai Abu Dampul (Panglima Perang), sedangkan Syarif Hafidz ditugaskan membantu mengajar agama Islam dengan ayahnya di Gunung Jati.
          Pangeran Kejaksan semasa hidupnya tinggal di Kejaksan dan memangku jabatan sebagai jaksa 1/ Lurah 1. Beliau wafat pada tanggal 27 Rajab dan di makamkan di Plangon. Sedangkan Pangeran Panjunan semasa hidupnya tinggal di Panjunan, hingga wafatnya pada tanggal 2 syawal dan dimakamkan di Plangon. Makamnya berdampingan dengan Pangeran Kejaksan, Adapun turunannya adalah (1) Ki Gedeng Gamel, (2) Ki Gedeng Kali Walu, (3) Ki Gedeng Trusmi, (4) Ki Gedeng Weku, (5) Losarang, (6) Bedulan, (7) Celancang, (8) Ki Gedeng Pati, dan (9) Ki Dampul. Sepeninggalan Pangeran Panjunan dan Kejaksan maka pada setiap tanggal 27 Rajab dan 2 Syawal makam tersebut banyak dikunjungi oleh keluarga Panjunan dan Kejaksan serta masyarakat dan tujuan berziarah sebagai tepung ketemu tahun berikutnya atau masa ziarah berikutnya. Komplek ini sekarang dikelola oleh Keraton Kanoman Cirebon.
          Kawasan Makam Keramat Plangon sendiri merupakan hutan yang berada pada bukit. Luas, Kawasan tersebut sekitar 48 hektar. Hutan yang berada pada koordinat 06derajad 46’ 322” Lintang Selatan dan 108derajad 32’ 432” Bujur Timur dibatasi oleh kebun dan sawah di sebelah utara, sebelah timur Sungai Cipager, sebelah selatan sawah, dan sebelah barat jalan raya.
          Untuk memasuki komplek ini melewati gerbang yang berada di barat laut. Dengan melewati jalan berundak yang berkelok akan sampai di puncak bukit di mana terdapat keramat. Pada lokasi tertentu di sepanjang jalan berundak tersebut di sediakan selter untuk istirahat bagi para peziarah yang kelelahan. Di sepanjang jalan berundak tersebut dapat disaksikan tingkah polah kera liar yang jinak. Konon kera-kera tersebut adalah peliharaan Pangeran Panjunan.

Masjid Pangeran Kejaksan


 


Masjid Pangeran Kejaksan di bangun pada tahun 1480. Masjis ini terletak di jalan Karanggetas, Cirebon. Masjid Pangeran Kejaksan didirikan oleh Pangeran Kejaksan. Beliau adalah salah satu dari 4 anak Sultan Baghdad yang di perintahkan oleh ayahnya untuk belajar agama Islam di Tanah Jawa.

TIANG

 Tiang ini terbuat dari kayu jati walaupun usianya ratusan tahun tapi masih bisa menyangga masjid dengan kokohnya.

MIMBAR

 Mimbar ini digunakan untuk khotbah dan tempat imam. Dari dulu sampai sekarang mimbar ini masih di gunakan.

KOLAM dan TEMPAT WUDHU


Kolam ini berfungsi untuk tempat wudhu didalamnya terdapat dua sumur dan beberapa ikan.

BEDUG



Bedug ini digunakan untukmemberitahukan kepada umat Islam saat sudah memasuki waktu shalat. Pada malam hari bedug inipun sering dibunyikan untuk memeriahkan malam datangnya hari Raya Idul Fitri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar