Sejarah Singkat Pangeran Kejaksan
Catatan
sejarah Cirebon menyabutkan, bahwa di Negeri Baghdad-Iraq hidup seorang ‘ulama
besar bernama Syech Nurul Ibnu Imam Jalaluddin Al-hussein, yang menikah denagn
seorang puteri dari Mesir, dan dari perniakahannya dikarunuai 4(empat) orang
putera-puteri, yaitu:
·
Anak yang pertama laki-laki
diberi nama Sarif Sulaeman;
·
Anak yang kedua perempuan
diberi nama Syarifah Halimah;
·
Anak yang ketiga laki-laki
diberi nama Syrif Abdullah;
·
Anak yang keempat laki-laki
diberi nama Syarif Ungka Yudra.
Syarif Sulaeman menjadi penguasa di Irak
Baghdad, Syarifah Halimah menikah dengan dengan Syech Datuk Kahfi, Syarif
Abdullah menjadi penguasa di Kota Ismaili yang berada di wilayah Turki,
sedangkan Syarif Ungka Yutra ikut dengan Syarif Abdullah.
Sebagaimana
telah diuraikan di atas, bahwa Syarifah Halimah meikah dengan Syech Datuk
Kahfi, seorang ulama besar yang terakhir menyebarkan dan mengajarkan agama
Islam di wilayah Gunung Jati. Dari perkawinan Syarifah Halimah dengan Syech
Datuk Kahfi dikaruniai 4(empat) orang putera-puteri, yaitu:
1. Syarif Abdurrahman, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran
Panjunan;
2. Syarifah Baghdad, yang kemudian menikah dengan Syarif Hidayatullah
Sunan Gunung Jati;
3. Syarif Abdurrohim, yang kemudian dikenal dengan sebutan Pangeran
Kejaksan;
4. Syarif Hafidz.
Pada tahun 1478 M, menjelang pembentukan
Kasunanan Cirebon, 4(empat) orang bersaudara tersebut di atas berlayar
menggunakan 4(empat) kapal menyusul orang tuanya Syech Datuk Kahfi ke Amparan
Jati(Gunung Jati), disetai kurang lebih1200 orang mengikutinya. Kapal mereka
mendarat di pelabuhan Muara Jati yang sekarang menjadi Desa Muara di wilayah
Kecamatan Sura Nenggala Kabupaten Cirebon.
Setelah
bertemu ayahandanya, Pangeran Kejaksan dan saudara-saudaranya meneruskan
perjalanan kea rah selatan menuju Keraton Pangkuwati yang saat itu asih
dipimpin oleh Mbah Kuwu Cirebon/Pangeran Cakra Buana/Pangeran Walangsunggang.
Hubungan antara Syech Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati dengan Pangeran
Kejaksan adalah saudara misan, yaitu ibunya Pangeran Kejaksan adalah kakak dari
ayahnya Sunan Gunung Jati, sehingga derajat Pangeran Kejaksan lebih tua dari
Sunan Gunung Jati.
Setelah
Cirebon lepas dari Kekuasaan kerajaan Galuh dan Menjadi negeri merdeka,
kepemimpinan Keraton Pangkuwati diserahkan oleh Mbah Kuwu Cirebon kepada
menantunya yaitu Sunan Gunung Jati. Oleh Sunan Gunung Jati, Pangeran Kejaksan
diberi jabatan sebagai adhiyaksa, Pangeran Panjunan sebagai Abu Dampul
(Panglima Perang), sedangkan Syarif Hafidz ditugaskan membantu mengajar agama
Islam dengan ayahnya di Gunung Jati.
Pangeran
Kejaksan semasa hidupnya tinggal di Kejaksan dan memangku jabatan sebagai jaksa
1/ Lurah 1. Beliau wafat pada tanggal 27 Rajab dan di makamkan di Plangon.
Sedangkan Pangeran Panjunan semasa hidupnya tinggal di Panjunan, hingga
wafatnya pada tanggal 2 syawal dan dimakamkan di Plangon. Makamnya berdampingan
dengan Pangeran Kejaksan, Adapun turunannya adalah (1) Ki Gedeng Gamel, (2) Ki
Gedeng Kali Walu, (3) Ki Gedeng Trusmi, (4) Ki Gedeng Weku, (5) Losarang, (6)
Bedulan, (7) Celancang, (8) Ki Gedeng Pati, dan (9) Ki Dampul. Sepeninggalan
Pangeran Panjunan dan Kejaksan maka pada setiap tanggal 27 Rajab dan 2 Syawal
makam tersebut banyak dikunjungi oleh keluarga Panjunan dan Kejaksan serta
masyarakat dan tujuan berziarah sebagai tepung ketemu tahun berikutnya atau
masa ziarah berikutnya. Komplek ini sekarang dikelola oleh Keraton Kanoman
Cirebon.
Kawasan
Makam Keramat Plangon sendiri merupakan hutan yang berada pada bukit. Luas,
Kawasan tersebut sekitar 48 hektar. Hutan yang berada pada koordinat 06derajad 46’
322” Lintang Selatan dan 108derajad 32’ 432” Bujur Timur dibatasi oleh kebun dan sawah
di sebelah utara, sebelah timur Sungai Cipager, sebelah selatan sawah, dan
sebelah barat jalan raya.
Untuk
memasuki komplek ini melewati gerbang yang berada di barat laut. Dengan
melewati jalan berundak yang berkelok akan sampai di puncak bukit di mana
terdapat keramat. Pada lokasi tertentu di sepanjang jalan berundak tersebut di
sediakan selter untuk istirahat bagi para peziarah yang kelelahan. Di sepanjang
jalan berundak tersebut dapat disaksikan tingkah polah kera liar yang jinak.
Konon kera-kera tersebut adalah peliharaan Pangeran Panjunan.
Masjid Pangeran Kejaksan

Masjid Pangeran Kejaksan di bangun pada tahun 1480. Masjis ini
terletak di jalan Karanggetas, Cirebon. Masjid Pangeran Kejaksan didirikan oleh
Pangeran Kejaksan. Beliau adalah salah satu dari 4 anak Sultan Baghdad yang di
perintahkan oleh ayahnya untuk belajar agama Islam di Tanah Jawa.
TIANG
Tiang ini terbuat dari kayu
jati walaupun usianya ratusan tahun tapi masih bisa menyangga masjid dengan
kokohnya.
MIMBAR
Mimbar ini digunakan untuk
khotbah dan tempat imam. Dari dulu sampai sekarang mimbar ini masih di gunakan.
KOLAM dan TEMPAT WUDHU
Kolam ini berfungsi untuk tempat wudhu didalamnya terdapat dua
sumur dan beberapa ikan.
BEDUG
Bedug ini digunakan untukmemberitahukan kepada umat Islam saat
sudah memasuki waktu shalat. Pada malam hari bedug inipun sering dibunyikan
untuk memeriahkan malam datangnya hari Raya Idul Fitri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar